Sabtu, 06 Maret 2010

Ketika Sakura Merekah


Ketika Sakura Merekah
Penulis: Abu Aufa (http://www.abuaufa.net)

"Bercermin pada sketsa hari-hari Abu Aufa, menghadiahi
kita percik-percik cinta yang memantik fajar harapan.
Sebuah pemotretan manis dari seorang musafir
kehidupan, bingkisan buat jiwa yang setia meniti jalan
cinta-Nya." [Amatullah Shafiyyah, penulis]


Semilir angin menyapa lembut. Berhembus menabuh daun,
ranting kecil pepohonan pun menari meliuk-liuk. Di
langit, sinar mentari menelusup dari balik awan yang
bergelayut. Menyapa ramah, kemudian mendekap hangat
penghuninya.

Musim semi memang telah tiba. Tsukushi dan sumire juga
tampak bermunculan di sela rerumputan. Kembali,
ketakjuban bagi jiwa telah dibentangkan bahwa alam
semesta turut tunduk dan patuh pada peran dalam setiap
lakon-Nya. Di permukaan tanah, beragam bunga liar lain
berpadu menghamparkan permadani indah. Sejuk mata
memandang, jiwa seakan tak lagi dahaga.

Duhai...
Lihatlah pula sakura yang merekah di mana-mana.
Kelopaknya berwarna putih, sedikit dihiasi semburat
merah muda. Setiap tangkai itu sarat dipenuhi kuntum
bunga hingga tampak berjuntaian ingin mencumbu tanah.
Ketika angin menggodanya, ia pun menggeliat manja.

Sakura di musim semi memang selalu menebar pesona.
Kehadirannya tak pernah lupa dinantikan jutaan manusia
di negerinya. Seperti biasa mereka duduk berkelompok
di bawah pohon, seraya menikmati keindahannya. Bahkan,
tak peduli waktu siang atau malam. Tak jarang pula
banyak yang bernyanyi-nyanyi atau sekedar mengabadikan
kecantikannya

Namun, walaupun bunga sakura indah menawan, usianya
tak pernah panjang. Satu persatu kelopaknya akan jatuh
berguguran. Hanya berkisar selama dua pekan, punah lah
semua. Pohonnya akan penuh daun saat musim panas,
kemudian rontok ketika musim gugur menjelang.
Sepanjang musim dingin, hanya dahan dan rantingnya
yang tersisa. Sakura akan kembali mekar ketika musim
semi kembali tiba.

Subhanallah...
Maha suci diri-Mu ya Allah. Kau ciptakan sakura yang
indah karena Engkau-lah Sang Pemilik Keindahan.

Dan, bukankah sebuah fitrah pula bahwa manusia
menyukai segala yang indah. Rasa ini akan membuahi
putik-putik kasih, kemudian merekah menjadi bunga
cinta yang bersemi di hati.

Dari rasa cinta yang fitri itu pula -insya Allah-
tercipta sebuah karya anyar Abu Aufa dengan Penerbit
Pena-Jakarta, SAPA CINTA DARI NEGERI SAKURA. Ia yang
dhaif akan mengajak kita untuk selalu mengasah nurani
agar senantiasa peka atas jati diri ini. Merundukkan
hati, berharap agar hidup dapat berjalan sesuai dengan
harmoni.

Ia pun ingin menyapa dengan cinta yang tak hanya
tersirat pada tebaran kata seorang pujangga atau
selarik tembang asmara. Bukankah cinta yang demikian
akan usai bila telah tiba waktunya?

Baginya, cinta hakiki itu lahir dari hati yang
merunduk pasrah, seraya meratakan kening pada hamparan
sajadah. Meneteskan air mata kerinduan serta tak
pernah lelah merengkuh dari Sang Pemiliknya.

Wallahu a'lamu bish-shawaab.

*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA*
Al-Hubb FiLlah wa LiLlah,


Abu Aufa

Catatan:
- Tsukushi: sejenis rumput yang muncul ketika musim
semi tiba, batangnya tegak dan menggelembung di bagian
atas
- Sumire: bunga kecil berwarna ungu yang juga akan
terlihat di sela rerumputan saat musim semi menjelang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar